NTT RAWAN BENCANA
Provinsi NTT merupakan daerah rawan bencana. Sebagaimana hasil kajian resiko bencana tahun 2017, terdapat tujuh potensi ancaman bencana dengan resiko tinggi yakni gempa bumi, letusan gunung api, tsunami, kekeringan, banjir, tanah longsor dan abrasi pantai.
Wakil Gubernur NTT, Drs. Josef Adreanus Nae Soi, MM mengatakan ini dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten Sekda Ende Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Nyo Cosmas, SH saat membuka kegiatan Rapat Bimbingan Teknis Penanggulangan Bencana Berbasis Gender di aula pertemuan Hotel Flores Mandiri, Jln. Melati Kamis (20/6).
Tujuh ancaman bencana ini kata Wagup Naesoi memiliki rata-rata tingkat ancaman sedang dan tinggi dengan keterpaparan penduduk dan potensi kerugian yang tinggi pula.
Wagub Naesoi mengakui dalam upaya penanggulangan bencana baik pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana masih berhadapan dengan persoalan belum optimalnya manajemen penanggulangan bencana.
Wakil Gubernur NTT, Drs. Josef Adreanus Nae Soi, MM mengatakan ini dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten Sekda Ende Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Nyo Cosmas, SH saat membuka kegiatan Rapat Bimbingan Teknis Penanggulangan Bencana Berbasis Gender di aula pertemuan Hotel Flores Mandiri, Jln. Melati Kamis (20/6).
Tujuh ancaman bencana ini kata Wagup Naesoi memiliki rata-rata tingkat ancaman sedang dan tinggi dengan keterpaparan penduduk dan potensi kerugian yang tinggi pula.
Wagub Naesoi mengakui dalam upaya penanggulangan bencana baik pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana masih berhadapan dengan persoalan belum optimalnya manajemen penanggulangan bencana.
Kedepan jelas Naesoi, semua pihak harus memberi perhatian serius pada upaya-upaya pencegahan terjadinya bencana guna menjauhkan masyarakat dari bencana serta menjauhkan bencana dari masyarakat.
Terkait dengan kegiatan bimtek yang secara khusus memberi perhatian pada penanggulangan bencana berbasis gender maka kedepannya Wagup berharap setiap penanggulangan bencana haruslah yang lebih responsif gender.
Panitia penyelenggara dalam laporannya yang disampaikan Sekretaris BPBD provinsi NTT, Amrosius Kodo, S. Sos mengatakan, kegiatan Bimtek ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis sistem manajemen penanggulangan bencana berbasis gender kepada aparatur dalam upaya meningkatkan kapasitas kelompok rentan dalam pengurangan resiko bencana.
Pesertanya menurut Amrosius terambil dari unsur BPBD Kab./Kota se- NTT, Aparatur Kecamatan, kelompok perempuan dan lembaga mitra pembangunan dalam wilayah kabupaten Ende.(Humas Ende/ Helen Mei (eln))
Terkait dengan kegiatan bimtek yang secara khusus memberi perhatian pada penanggulangan bencana berbasis gender maka kedepannya Wagup berharap setiap penanggulangan bencana haruslah yang lebih responsif gender.
Panitia penyelenggara dalam laporannya yang disampaikan Sekretaris BPBD provinsi NTT, Amrosius Kodo, S. Sos mengatakan, kegiatan Bimtek ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis sistem manajemen penanggulangan bencana berbasis gender kepada aparatur dalam upaya meningkatkan kapasitas kelompok rentan dalam pengurangan resiko bencana.
Pesertanya menurut Amrosius terambil dari unsur BPBD Kab./Kota se- NTT, Aparatur Kecamatan, kelompok perempuan dan lembaga mitra pembangunan dalam wilayah kabupaten Ende.(Humas Ende/ Helen Mei (eln))
Tidak ada komentar